<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d657226048044795654\x26blogName\x3dVIDIES\x27+DIARY\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dBLACK\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://vidiesdiary.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3din\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://vidiesdiary.blogspot.com/\x26vt\x3d-67864553890658905', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>


VIDIES DIARY : " Cerita Kita "

Photobucket"

★Kamis, 26 Agustus 2010★

Cerpen ini lagi-lagi terinspirasi dari Vidi Aldiano. Maaf ya kalau jelek. Let's read guys :)
Dan, cerpen ini cuma fiktif a.k.a bukan kisah nyata gue. And thanks to @diladils yg udah ngasih tau gue tempat nongkrong Vidi Aldiano.



Tweet Via



“Ayolah ma.. Boleh ya” Via merengek ke mamanya.

“Ngga, apa-apaan sih kamu. Kamu itu mau daftar SMA, jadi ngga boleh kemana-mana” mama Via setengah membentak.

“Cuma seminggu kok ma.. Boleh ya? Papa udah ngasi izin. Tinggal mama yang belum” bujuk Via lagi.

“Via, banyak yang mesti dipersiapin buat masuk SMA”

“Ma.. Via kan ga pernah pergi. Sekali-sekali donk ma, Via pergi tanpa mama. Via nih udah gede. Sebentar lagi mau SMA.. Lagian ada kak Biyan kok”

Mama Via diam sejenak “Nanti mama pikirin lagi” ucap mama Via sambil berlalu.

Via berdiri mematung tak mengerti, harapnya semoga mama mikirin keinginan Via barusan.

Via melangkahkan kakinya ke ruangan sebelah kamarnya. Ia mengetuk pintu kamar itu pelan-pelan. Dalam hitungan detik pintu kamar itu sudah terbuka lebar. Yang punya kamar tersenyum lebar di hadapan Via. Tanpa basa-basi Via langsung melangkah masuk dan menghempaskan tubuhnya di atas kasur.

“Gimana Vi?” Tanya Biyan, sepupunya Via yang sudah seminggu menginap di rumah Via.

“Kata mama dipikirin lagi kak” Via menjawab dengan setengah hati.

“Kalau ngga jadi juga ngga apa-apa kok”

Mata Via membesar dan ia langsung bangun dari tempat tidur “Enak aja! Ini tuh emas kak. Kapan lagi coba”

Biyan tersenyum geli “kamu tuh ya, kayak mau mati besok aja”

“Jelas donk. Papa aja udah ngasi izin, masa mama belum. Mama ngga ada temen Vi, kalau kamu pergi. Kamu mau daftar SMA Vi, dan blablablabla” Via menirukan ucapan mama.

Biyan tertawa “kamu ini, ntar kualat loh”

“habisnya, mama ngga mau banget ngasih izin. Aku nih udah gede kak”

“Trus, kapan mama kamu mau ngasih jawaban?” Tanya Biyan sambil menyisir rambutnya.

“Ngga tau” Via menjawab tanpa semangat.

000

Via melonjak kegirangan pagi itu. Ia benar-benar ngga nyangka dengan pendengarannya. Pagi-pagi mama membangunkan Via dan mengizinkannya pergi ke Jakarta.

“Bangun Vi!” ucap mama pagi itu

Via tak bergeming, matanya masih tertutu rapat.

“Vi, bangun!” ucap mama lagi sambil menggoyangkan tubuh Via “kalau ngga bangun, mama siram nih”

Mata Via langsung terbuka lebar. Tapi kepalanya berdenyut-denyut karena bangun tiba-tiba. Via menguap, masih dalam posisi berbaring. “Kenapa sih ma? Ini tuh libur, Via pengen bangun jam sembilan bukan jam enam”

Mama tersenyum. “Kamu boleh ke Jakarta” ucap mamanya.

“Ah, pasti mimpi!” ucap Via dan bersiap memejamkan mata.

“Vi!” mama memegang bahu Via dan membantunya duduk. “Kamu apa-apaan sih? Kamu tuh ga mimpi”

Via terpaku “Memangnya mama bilang apa tadi?” Tanya Via sambil menatap wajah mamanya.

“Kamu boleh ke Jakarta!” mama mengeja ucapannya.

Mata Via membelalak “Beneran ma? Via ga mimpi kan? Ya Tuhan, kalau gue mimpi, please jangan bangun dulu. Bangunnya pas udah ngedate bareng Vidi Aldiano aja di Jakarta” Via mengadahkan tangannya.

Mama tersenyum “kamu ngga mimpi sayang” ucap mama sambil membelai rambut Via.

Via memeluk mamanya. “Makasih ma.. I love you

“Tapi kamu ke Jakarta cuma tiga hari” ucap mamanya.

“Yah..mama”

“Daripada ngga mama izinin”

“Mama curang ahh. Mama tuh baru aja buat Via melayang, trus mama jatuhin Via ke tanah dengan keras” Via cemberut dan membuang muka.. Lalu ia tersenyum “lima hari ya?” bujuk Via.

“Ngga!”

“Iya deh tiga hari” Via akhirnya mengalah.

Malam hari Via sudah packing barang-barangnya untuk ke Jakarta besok bersama Biyan. Biyan sebenarnya tinggal di Jakarta, tapi karena ada keperluan di Palembang, akhirnya Biyan nginap sementara di rumah Via. Kemarin Biyan mengajak Via liburan ke Jakarta selama menunggu pendaftaran SMA-nya. Via mau, mau banget malah. Siapa tau bisa ketemu Vidi Aldiano, fikirnya saat itu. Oleh karena itu Via begitu gencar membujuk mamanya. Dan hasilnya, mama mengizinkan Via ke Jakarta bersama Biyan.

Via memeluk kaos berwarna biru dengan tulisan Vidies di bagian dada dan belakangnya. Aku harus bawa baju ini, gumamnya. Besok ia berangkat pagi-pagi dengan pesawat pertama. Jakarta, Vidi Aldiano I’m coming, ucap Via dalam hati.

000

Kurang dari dua jam setelah berangkat dengan pesawat pertama dari Palembang tadi Via dan Biyan sudah mendarat di Jakarta.

“Oh my God!! Ini Jakarta” Via setengah teriak

Biyan tersenyum, ia sangat memahami Via, sejak ngefans dengan Vidi Aldiano, obsesi Via Cuma satu, yaitu keJakarta. Biyan ingat betul, hampir tiap hari Via meneleponnya dan mengatakan keinginannya ke Jakarta.

“Kata mama, ke Jakarta kalau Via dan papa libur kak.Tapi pas Via libur, papa ngga libur dan gitu juga sebaliknya. Trus mama juga bilang pas kakak wisuda kita ke Jakarta, nah pas kakak wisuda, Via lagi ujian. Trus kata mama lagi pas kakak nikah aja. Ayo dong kak buruan nikah. Biar Via bisa ke Jakarta” begitu keluhan Via kepada Biyan.

Via masih sibuk memandangi jalan-jalan di kota Jakarta dari balik kaca mobil.

“Kak, kalau udah nyampe kita langsung jalan-jalan ya” ucap Via bersemangat.

“Kakak capek Vi, kemaren-kemaren kakak ga istirahat total”

“Yahh kakak. Trus kapan donk?”

“Kan kamu tiga hari disini”

Via tersenyum. “Iya deh” ucapnya.

Hari ke dua Via di Jakarta. Ia sudah berkeliling kota Jakarta, mulai dari Monas, Dufan, dan tempat-tempat hiburan lainnya.

“Kak, lusa Via pulang loh. Ayo dong kak kita ke se..se..”

“Senayan City” potong Biyan

“Bukan kak. Bahasa gaulnya itu loh. Apa sih, Via lupa”

“Ooohh SenCy”

“Nah betul!!” ucap Via sambil tersenyum puas “besok kita kesana ya kak. Siapa tau ketemu kak Vidi Aldiano. Itukan tempat tongkrongannya kak Vidi bareng teman-temannya”

Biyan tertawa “kamu tau darimana sih?”

“Tau dong kak. Kan Via nih Vidies sejati” ucap Via sambil tersenyum bangga.

“Iya besok kita kesana” jawab Biyan.


***


Jam lima sore, Via sudah rapih. Hari ini ia mau ke SenCy bersama Biyan. Via terlihat semangat sekali.

“Semangat banget kamu Vi. Gimana kalau ngga ketemu Vidi?” goda Biyan

“Ah kakak jangan gitu dong. Tadi biyan baca di twitternya kak Vidi kalau hari ini kak Vidi ngga nyanyi. Pasti kak Vidi lagi jalan bareng temen-temennya”

“Semoga deh kamu beneran ketemu dia”

Via melirik jam di tangannya. Jam setengah sepuluh, ucapnya dalam hati. Kakinya sudah lelah mengelilingi mall besar itu. Untung saja ia dapet banyak belanjaan. Jadi walaupun ngga ketemu Vidi Aldiano ia ngga begitu kecewa, karena banyak bawa oleh-oleh dari Jakarta. Via menguap. Jam segini ia memang sudah tidur. Mama ngga pernah ngizinin ia keluar malam kecuali bareng keluarga. Semangat Via sore tadi kini menguap entah kemana.

“Vi, tunggu disini ya. Jangan kemana-mana, ntar nyasar loh. Kakak kan yang diomelin mama sama mama kamu” ucap Biyan mewanti-wanti

“Iya kak. Via tunggu disini sekarang”

Biyan berlalu meninggalkan Via. Sementara itu, Via melihat dan sesekali berkeliling tak jauh dari tempat yang di janjikan Biyan tadi.

Gubbrrraakkk!!

Via terjatuh. Seseorang menabraknya.

“Maaf mbak. Mbak ngga apa-apa” ucap orang yang menabrak Via

Via masih terduduk dan mengambili tas belanjaannya.

“Ngga apa-apa kok mas” ucapnya.

Matanya menoleh ke kiri dan ke kanan. Matanya menangkap seorang lelaki tinggi, putih memakai t-shirt berwarna biru sedang bercengkrama dengan beberapa temannya.

Vidi Aldiano, ucap Via dalam hati.

Seketika ia langsung berdiri dan mengejar laki-laki yang dilihatnya seperti Vidi Aldiano tadi.

“Mbak, tasnya!” laki-laki yang menabraknya tadi teriak.

Via langsung berhenti berlari “Oh iya!” ucapnya dan berbalik meraih tasnya dan tas belanjaannya. Via siap berlari lagi.
“Vi!!” Biyan memanggilnya.

Otomatis langkah kaki Via terhenti.

“Mau kemana kamu?” Tanya Biyan.

“Anu kak.. Itu..”

“Mama tadi nelpon kakak. Kita di suruh pulang” Biyan menarik tangan Via. Via mengikuti langkah Biyan tak semangat.

Ketika bersiap tidur, Via membuka aplikasi twitter di hp-nya

.ViaNania: Tadi pas jatuh, liat ka @vidialdiano di Sency.Tp ga smpt mnggl

Via meng-up date tweet di twitternya dan segera terlelap dalam tidurnya.


***


“Salam buat om dan tante ya. Kamu jangan sedih donk walaupun ngga ketemu Vidi” ucap Biyan.

Via tersenyum “Ngga apa-apa kok kak. Makasih ya, kakak udah ngajak Via ke Jakarta. Besok-besok pasti Via di bolehin mama kejakarta”

Biyan memeluk Via “kamu hati hati ya”

“Iya kak. Dah” ucap Via sambil melambaikan tangannya.

Biyan meninggalkan Via di bandara sendirian. Sambil menunggu pesawat menuju Palembang take off, Via membuka aplikasi twitter di hp-nya. Tiga replies. Jarinya menekan-nekan keypad hp dan dilihatnya replies satu persatu.

vidialdiano semalam itu kamu ya? gimana? ga apa-apa kan? RT @ViaNania: Tadi pas jatuh, liat ka @vidialdiano di Sency.Tp ga smpt mnggl

Tangan Via langsung bergetar dan spontan ia langsung teriak di bandara itu.


***


Apriliana Dwi Kartika (Vidies Palembang)

Twitter : @AprilianaDwi

FB : dwie.twinz@yahoo.co.id

Blog : http://dwiieandworld.blogspot.com


Label:




KLIK DISINI UNTUK KOMENTAR !! (0)